Web Hosting Malam Nisfu Sya'ban - Ekspresi Kita
Headlines News :
Home » » Malam Nisfu Sya'ban

Malam Nisfu Sya'ban

Keutamaan dan Amal Bulan Sya’ban
Bulan sya’ban adalah pintu menuju bulan
Ramadlan. Barang siapa yang berupaya
membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam
beribadah di bulan ini, insya Allah ia akan menuai
kesuksesan di bulan Ramadlan.
Peristiwa di bulan Sya’ban
1. Pindah Qiblat
Pada bulan Sya’ban, Qiblat berpindah dari Baitul
Maqdis, Palistina ke Ka’bah, Mekah al
Mukarromah. Demikianlah peristiwa ini terjadi
setelah turun ayat,
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu
menengadah ke langit, maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang
kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya.” (QS. Al Baqarah; 144)
2. Turun Ayat Sholawat Nabi
Diturunkannya ayat tentang anjuran membaca
sholawat kepada baginda Nabi saw, yaitu ayat:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-
malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya.” (QS. Al
Ahzab;56)
.
Keutamaan Sya’ban
1. Diangkatnya Amal Manusia
Dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma,
dia berkata: “Saya berkata: “Ya Rasulullah,
saya tidak pernah melihatmu berpuasa
dalam suatu bulan dari bulan-bulan yang
ada seperti puasamu di bulan Sya’ban.”
Maka beliau bersabda: “Itulah bulan yang
manusia lalai darinya antara Rajab dan
Ramadhan. Dan merupakan bulan yang di
dalamnya diangkat amalan-amalan kepada
rabbul ‘alamin. Dan saya menyukai amal
saya diangkat, sedangkan saya dalam
keadaan berpuasa.” (HR. Nasa’i).
2. Disebut Sebagai Bulan Al Quran
Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan Al Quran,
sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar.
Memang membaca Al Quran selalu dianjurkan di
setiap saat dan di mana pun tempatnya, namun
ada saat-saat tertentu pembacaan Al Quran itu
lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan
Sya’ban, atau di tempat-tempat khusus seperti
Mekah, Roudloh dan lain sebagainya.
Syeh Ibn Rajab al Hambali meriwayatkan dari
Anas, “Kaum muslimin ketika memasuki bulan
Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat
Al Quran dan mengeluarkan zakat untuk
membantu orang-orang yang lemah dan miskin
agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa
Ramadhan.
.
Amal di Bulan Sya’ban
Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat, “Adakah
puasa yang paling utama setelah Ramadlan?”
Rasulullah Shollallahu alai wasallam menjawab,
“Puasa bulan Sya’ban karena berkat keagungan
bulan Ramadhan.”
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
“Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berpuasa sampai kami katakan beliau
tidak pernah berbuka. Dan beliau berbuka
sampai kami katakan beliau tidak pernah
berpuasa. Saya tidak pernah melihat
Rasulullah menyempurnakan puasa satu
bulan penuh kecuali Ramadhan. Dan saya
tidak pernah melihat beliau berpuasa lebih
banyak dari bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari,
Muslim dan Abu Dawud).
Sesungguhnya Rasulullah Shollallu alaihi
wasallam mengkhususkan bulan Sya’ban dengan
puasa itu adalah untuk mengagungkan bulan
Ramadhan. Menjalankan puasa bulan Sya’ban itu
tak ubahnya seperti menjalankan sholat sunat
rawatib sebelum sholat maktubah. Jadi dengan
demikian, puasa Sya’ban adalah sebagai media
berlatih sebelum menjalankan puasa Ramadhan.
Adapun berpuasa hanya pada separuh kedua
bulan Sya’ban itu tidak diperkenankan, kecuali:
1. Menyambungkan puasa separuh kedua bulan
Sya’ban dengan separuh pertama.
2. Sudah menjadi kebiasaan.
3. Puasa qodlo.
4. Menjalankan nadzar.
5. Tidak melemahkan semangat puasa bulan
Ramadhan.
.
Malam Nishfu Sya’ban
Pada bulan Sya’ban terdapat malam yang mulia
dan penuh berkah yaitu malam Nishfu Sya’ban.
Di malam ini Allah Subhanahu wata’ala
mengampuni orang-orang yang meminta
ampunan, mengasihi orang-orang yang minta
belas kasihan, mengabulkan doa orang-orang
yang berdoa, menghilangkan kesusahan orang-
orang yang susah, memerdekakan orang-orang
dari api neraka, dan mencatat bagian rizki dan
amal manusia.
Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla turun ke
langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan
mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu
pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah
yang punya banyak kambing). (HR At-
Tabarani dan Ahmad). Namun Al-Imam At-
Tirmizy menyatakan bahwa riwayat ini
didhaifkan oleh Al-Bukhari.
Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata
bahwa Rasulullah SAW bangun pada malam
dan melakukan shalat serta memperlama
sujud, sehingga aku menyangka beliau telah
diambil. Ketika beliau mengangkat kepalanya
dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau
berkata, “Wahai Asiyah, (atau Wahai
Humaira’), apakah kamu menyangka bahwa
Rasulullah tidak memberikan hakmu
kepadamu?” Aku menjawab, “Tidak ya
Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa
Anda telah dipanggil Allah karena sujud
Anda lama sekali.” Rasulullah SAW
bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?”
Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih
mengetahui.” Beliau bersabda, “Ini adalah
malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan
sya’ban). Dan Allah muncul kepada hamba-
hamba-Nya di malam nisfu sya’ban dan
mengampuni orang yang minta ampun,
mengasihi orang yang minta dikasihi, namun
menunda orang yang hasud sebagaimana
perilaku mereka.” (HR Al-Baihaqi). Al-
Baihaqi meriwayatkan hadits ini lewat jalur
Al-’Alaa’ bin Al-Harits dan menyatakan
bahwa hadits ini mursal jayyid. Hal itu
karena Al-’Alaa’ tidak mendengar langsung
dari Aisyah ra.
“Nabi Muhammad Shollallhu alaihi wasallam
bersabda, “Allah melihat kepada semua
makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban
dan Dia mengampuni mereka semua kecuali
orang yang musyrik dan orang yang
bermusuhan.” (HR. Thabarani dan Ibnu
Hibban).
Al Hafidh Ibn Rojab al Hambali dalam kitab al
Lathoif mengatakan, “Kebanyakan ulama Hadits
menilai bahwa Hadits-Hadits yang berbicara
tentang malam Nishfu Sya’ban masuk kategori
Hadits dlo’if (lemah), namun Ibn Hibban menilai
sebagaian Hadits itu shohih, dan beliau
memasukkannya dalam kitab shohihnya.”
Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab Addurrul
Mandlud mengatakan, “Para ulama Hadits, ulama
Fiqh dan ulama-ulama lainnya, sebagaimana juga
dikatakan oleh Imam Nawawi, bersepakat
terhadap diperbolehkannya menggunakan Hadits
dlo’if untuk keutamaan amal (fadlo’ilul amal),
bukan untuk menentukan hukum, selama Hadits-
Hadits itu tidak terlalu dlo’if (sangat lemah).”
Jadi, meski Hadits-Hadits yang menerangkan
keutamaan malam Nishfu Sya’ban disebut dlo’if
(lemah), tapi tetap boleh kita jadikan dasar untuk
menghidupkan amalam di malam Nishfu Sya’ban.
Syeh Ibnu Taimiyah berkata, “Beberapa Hadits
dan atsar telah diriwayatkan tentang keutamaan
malam Nisyfu Sya’ban, bahwa sekelompok ulama
salaf telah melakukan sholat pada malam
tersebut. Jadi jika ada seseorang yang melakukan
sholat pada malam itu dengan sendirian, maka
mereka berarti mengikuti apa yang dilakukan oleh
ulama-ulama salaf dulu, dan tentunya hal ini ada
hujjah dan dasarnya. Adapun yang melakukan
sholat pada malam tersebut secara jamaah itu
berdasar pada kaidah ammah yaitu berkumpul
untuk melakukan ketaatan dan ibadah.
Walhasil, sesungguhnya menghidupkan malam
Nishfu Sya’ban dengan serangkaian ibadah itu
hukumnya sunnah (mustahab) dengan
berpedoman pada Hadits-Hadits di atas. Adapun
ragam ibadah pada malam itu dapat berupa
sholat yang tidak ditentukan jumlah rakaatnya
secara terperinci, membaca Al Quran, dzikir,
berdo’a, membaca tasbih, membaca sholawat
Nabi (secara sendirian atau berjamaah),
membaca atau mendengarkan Hadits, dan lain-
lain.
Sayyidina Ali ra, Rasulullah saw bersabda:
“Jika tiba malam Nisyfi Sya’ban, maka
bersholatlah di malam harinya dan
berpuasalah di siang harinya karena
sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala
menurunkan rahmatnya pada malam itu ke
langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya
matahari. Lalu Dia berfirman, ‘Adakah orang
yang meminta ampun, maka akan Aku
ampuni? Adakah orang meminta rizki, maka
akan Aku beri rizki? Adakah orang yang
tertimpa musibah, maka akan Aku
selamatkan? Adakah begini atau begitu?
Sampai terbitlah fajar.’” (HR. Ibnu Majah)
Malam Nishfu Sya’ban dan di seluruh bulan
adalah saat yang utama dan penuh berkah, maka
selayaknya seorang muslim memperbanyak aneka
ragam amal kebaikan. Doa adalah pembuka
kelapangan dan kunci keberhasilan, maka
sungguh tepat bila malam itu umat Islam
menyibukkan dirinya dengan berdoa kepada Allah
Subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad
Shollallahu alaihi wasallam mengatakan,
“Doa adalah senjatanya seorang mukmin,
tiyangnya agama dan cahayanya langit dan
bumi.” (HR. Hakim).
“Seorang muslim yang berdoa -selama tidak
berupa sesuatu yang berdosa dan memutus
famili-, niscaya Allah Subhanahu wata’ala
menganugrahkan salah satu dari ketiga hal,
pertama, Allah akan mengabulkan doanya di
dunia. Kedua, Allah baru akan mengabulkan
doanya di akhirat kelak. Ketiga, Allah akan
menghindarkannya dari kejelekan lain yang
serupa dengan isi doanya.” (HR. Ahmad dan
Barraz).
Tidak ada tuntunan langsung dari Rasulullah
Shollallahu alaihi wasallam tentang doa yang
khusus dibaca pada malam Nishfu Sya’ban.
Begitu pula tidak ada petunjuk tentang jumlah
bilangan sholat pada malam itu. Siapa yang
membaca Al Quran, berdzikir, berdoa, sholat
malam, bersedekah dan beribadah sunnah yang
lain sesuai dengan kemampuannya, maka dia
termasuk orang yang telah menghidupkan malam
Nishfu Sya’ban dan ia akan mendapatkan pahala
sebagai balasannya.
Dalam hal ini yang patut mendapat perhatian kita
adalah beredarnya tuntunan-tuntunan Nabi
tentang sholat di malam Nishfu sya’ban yang
sejatinya semua itu tidak berasal dari beliau.
Tidak berdasar dan bohong belaka. Salah satunya
adalah sebuah riwayat dari Sayyidina Ali, “Bahwa
saya melihat Rasulullah pada malam Nishfu
Sya’ban melakukan sholat empat belas rekaat,
setelahnya membaca Surat Al Fatihah (14 x),
Surah Al Ikhlas (14 x), Surah Al Falaq (14 x),
Surah Annas (14 x), ayat Kursi (1 x), dan satu
ayat terkhir Surat At Taubah (1 x). Setelahnya
saya bertanya kepada Baginda Nabi tentang apa
yang dikerjakannya, Beliau menjawab, “Barang
siapa yang melakukan apa yang telah kamu
saksikan tadi, maka dia akan mendapatkan
pahala 20 kali haji mabrur, puasa 20 tahun, dan
jika pada saat itu dia berpuasa, maka ia seperti
berpuasa dua tahun, satu tahun yang lalu dan
setahun yang akan datang.” Dan masih banyak
lagi Hadits-Hadits palsu lainnya yang beredar di
tengah-tengah kaum muslimin. (Disarikan dari
“Madza fi Sya’ban”, karya Sayyid Muhammad bin
Alawi Al Maliki, Muhadditsul Haromain).
Disadur dari: http://langitan.net/?p=94

Share this article :
@Roseline_Hair
@Roseline_Hair
#CelotehAds
Daftar Iklan Twitter #CelotehAds Di Sini

Like Us On Facebook

 
Website By : CelotehShop.com | @Celoteh_ID | @CelotehPROMO
Sponsored by @CelotehAds
Copyright © 2012 - 2017. Ekspresi Kita #CelotehAds(Celoteh Advertising) - All Rights Reserved
Website By www.celoteh-id.com #CelotehAds